Hadirmu Mengusik Hidupku

Hadirmu Mengusik Hidupku

Banyak hal terjadi dalam hidup. Datang dan pergi silih berganti. Hadirmu mengusik hidupku. Menjadi pelajaran sendiri buatku. Kau hadir begitu saja. Awal yang tak indah berakhiran sama. Kau hanya menyapa dari dalam tanpa mau membukakan pintu apalagi mempersilahkan duduk. Ah, hal biasa kalo cuma seperti itu. Di usia yang sudah bukan remaja, aku tahu jika banyak hal-hal di luar sana yang menistakan. Senakal-nakalnya diriku, aku masih bisa memilah mana pantas tidak pantas, salah dan benar dari perspektif hidup normatif. Aku tidak pernah berpegang pada kebenaran atas pendapatku, tapi aku punya guide yang jelas yaitu agama. Dan itu yang aku sebut perspektif hidup normatif.

Aku sama sekali tidak berekspektasi apa-apa waktu kita bertemu. Pun ketika kau tutup pintu itu, aku pun tak lagi berniat mengetuknya. Aku kembali sendiri di ujung lelah penantian. Aneh, justru ketika aku sudah mundur sejauh-jauhnya kau yang kerap mengajak ngobrol sana sani. Curhat ini itu tanpa sebab. Aku mau kau ajak ngobrol itu karena aku tahu kau menyimpan beban. Salahku, aku selalu tak tega melihat orang yang sedang susah.

Niatku meringankan bebanmu malah justru kau usik dengan fitnah. Kau katakan pada semua jika aku berharap padamu. Dengan arogannya kau katakan pada mereka untuk tidak usah berharap padamu. Hellow, emang selama aku mengenalmu, ada tidak kalimatku yang menyatakan perasaanku padamu? Mengapa justru kau putar fakta itu? Jelas sudah, kau tak ubahnya perempuan yang pernah ku tinggalkan sebelumnya. Mudah sekali memutar balikan fakta, apa itu bukan fitnah? Ketika fakta saja sudah diputarbalikan, bagaimana dengan kejujuran. Apa layak berharap kejujuran pada orang yang seperti ini ?

Waktu berlalu dan aku memaafkan itu semua. Sudahlah, bagiku hal konyol seperti itu buat apa dibicarakan. Namun, lagi-lagi hadirmu mengusik hidupku. Kau katakan pada mereka kalau kau mencintaiku dan begitu berharap agar aku mau denganmu. Whaaaat......

Belum jenak aku asik dengan duniaku kembali, kau datang dan mengusik lagi. Mengapa justru kau yang memakan omonganmu sendiri. Mengapa justru kau yang begitu berharap padaku. No, tidaaak. Dari awal ketika pintu itu kau tutup, aku pun pergi dalam diamku kembali. Aku sama sekali tidak ada perasaan padamu. Baik sebelum dan sesudah kau sampaikan perasaanmu. Tidak semudah itu aku menjatuhkan diri dalam cinta. Diriku sudah terlanjur kecebur kalo hanya sekedar urusan cinta. Cinta bagiku hanya jembatan yang menyatukan jiwa.

Aku tidak menemukan tetesan jiwaku ada padamu. Lalu apa artinya kata cintamu. Aku tidak berposisi benci apalagi marah. Simpan semua perasaan cintamu. Berikan cintamu pada Tuhan baru kau bisa percikan sebagiannya pada sesama.Biarkan aku kembali mencari pasangan jiwaku yang belum ketemu. Kelak ketika saat itu tiba, ingin rasanya aku kecup keningnya dan kubisikan, mimpikan aku sayang....

Comments

Popular posts from this blog

Di Ujung Lelah Penantian

Kuberdiri Diantara Dua Kaki